Thursday, September 5, 2013

Penemu Teknologi 4G Ternyata Pria Asal Kediri

Prof Dr. Khoirul Anwar, pemilik paten sistem telekomunikasi 4G berbasis OFDM yang kini bekerja di Nara Institute of Science and Technology, Jepang. (Foto: balebalegapleh.blogspot.com)
 
SURABAYA (WIN): Mungkin Anda tidak pernah menduga, penemu teknologi 4G berbasis Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) di jaringan telekomunikasi nirkabel adalah orang Indonesia. Ya, dia adalah Prof. Dr. Khoirul Anwar, pria kelahiran Dusun Jabon, Desa Juwet, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur, pada 22 Agustus 1978.

Khoirul Anwar, anak dari pasangan (alm) Sudjianto dengan Siti Patmi adalah lulusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung pada 2000. Lulus dari ITB dengan predikat cumlaude, Khoirul kemudian melanjutkan pendidikan di Nara Institute of Science and Technology (NAIST) Jepang dan memperoleh gelar magister pada 2005 serta doktor pada 2008.
Sang profesor menemukan metode komunikasi yang lebih cepat dengan energi yang lebih sedikit dalam keterbatasan. Penemuan teknologi 4G berbasis OFDM itu berawali dari ide sederhana mengurangi daya transmisi untuk meningkatkan kecepatan transmisi data. Penurunan daya dibatasi hingga 5dB saja.
“Sistem ini mampu menurunkan energi sampai 5dB atau 100.000 kali lebih kecil dari yang diperlukan sebelumnya, tetapi menghasil kecepatan pengiriman data yang meningkat signifikan,” kata Asisten Profesor di School of Information Science, Japan Advanced Institute of Science and Technology (JAIST) sejak September 2008 itu.
Khoirul menjelaskan, penemuannya terinspirasi Dragon Ball, sebuah film anime asal Jepang yang kerap ia tonton saat masih kecil. Sebagai tokoh utama Dragon Ball, Goku yang melayangkan jurus terdahsyatnya Spirit Ball akan menyerap semua energi makhluk hidup di alam. Dengan demikian, Goku memiliki sumber energi yang luar biasa.
Berbekal konsep tersebut, ayah tiga anak itu mampu menurunkan formula matematikanya untuk diterapkan pada penelitian. Jurus Spirit Ball dianalogikan sebagai turbo equalizer yang mampu mengumpulkan seluruh energi dari blok transmisi terdelay maupun blok transmisi terdahulu. Energi itulah yang digunakan melenyapkan distorsi data akibat interferensi gelombang.
“Kini, sebuah sinyal yang dikirimkan secara nirkabel, tak perlu lagi dilindungi guard interval (GI) untuk menjaganya agar kebal terhadap delay, pantulan dan interferensi. Turbo equalizer akan membatalkan interferensi, sehingga sinyal bisa diterima. Awalnya, hal itu dianggap tak mungkin di dunia telekomunikasi,” katanya.
Dalam bahasa teknis, OFDM merupakan teknik modulasi bagi komunikasi wireless broadband di masa datang karena tahan melawan frekuensi selective fading dan interferensi narrowband serta efisien menghadapi multi-path delay spread. OFDM membagi aliran data high-rate menjadi aliran rate yang lebih rendah dan kemudian dikirimkan secara bersama pada beberapa sub-carrier, sehingga tercapailah ketahanan tersebut.
Gagasan itu dikerjakan Khoirul bersama Tadashi Matsumoto, profesor utama di laboratorium JAIST sebelum mengajukan proyek penelitian ke Kinki Mobile Wireless Center. Setelah menurunkan formula matematikanya secara konkrit, Khoirul meminta rekannya Hui Zhou, untuk membuat programnya. Kemudian, jadilah metode yang mampu memecahkan problem transmisi nirkabel dan bisa diterapkan pada hampir semua sistem telekomunikasi. Termasuk GSM, CDMA dan 4G yang memerlukan kinerja tinggi dengan tingkat kompleksitas rendah.
“Metode OFDM mampu menjawab masalah telekomunikasi di kota besar yang punya banyak gedung pencakar langit maupun wilayah pegunungan. Sebab gelombang yang ditransmisikan di daerah itu biasanya mengalami pantulan dan delay lebih panjang,” katanya.
Suami Sri Yayu Indriyani itu dapat mematahkan anggapan yang awalnya ‘tak mungkin’ di dunia telekomunikasi. Kini hasil temuan yang telah dipatenkan itu digunakan sebuah perusahaan elektronik besar asal Jepang dan tengah dipelajari raksasa telekomunikasi Cina, Huawei Technology. Teknologi 4G kini sudah mulai hadir di Indonesia dalam bentuk layanan internet broadband nirkabel.
Temuan Khoirul Anwar itu kemudian mendapatkan penghargaan Best Paper di kategori Young Scientist pada Institute of Electrical and Electronics Engineers Vehicular Technology Conference (IEEE VTC) 2010-Spring, Taiwan.
Prestasi itu melengkapi catatan sebelumnya saat menerima IEEE Best Student Paper Award of IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS) 2006 di California, Amerika Serikat. Setahun kemudian, Khoirul mendapat penghargaan bidang Kontribusi Keilmuan Luar Negeri dari Konsulat Jendral Indonesia di Osaka, Jepang.
Khoirul kini berhak mendapatkan royalti atas penemuannya itu. Dan sosok Khoirul, tetaplah anak desa yang tak lupa pada lanjaran, tidak lupa asal usulnya, tetap mengingat orang tuanya. Sebagai penghargaan terhadap orang tuanya, royalti pertamanya dia berikan kepada sang ibu yang tinggal di Kediri.
“Karena ibu yang berjuang sendirian menyekolahkan saya,” kata pria yang bersama keluarganya kini tinggal di Kota Nomi, Provinsi Ishikawa, Jepang itu.(wikipedia/berbagaisumber/win10)

No comments:

Post a Comment